![]() |
Pencitraan di media sosial itu penting lho |
Dulu, awal tahun 2010, saya menggunakan media sosial, khususnya facebook, hanyalah
untuk mencurahkan perasaan ( eaa...) dan menjalin silaturahmi dengan teman-teman lama. Sama
sekali belum terpikir untuk memanfaatkannya sebagai sarana untuk membangun self
branding, reputasi, atau... pencitraan.
Wajar sih, karena pada saat itu saya hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan banyak anak. (Baru 5 anak sih. Baru! Catet!) Jadi saya lebih banyak memanfaatkannya untuk berbagi kegalauan dan cerita
sehari-hari pada handai taulan, dan teman-teman lama. Seperti mimpi rasanya
bisa kembali bercanda atau hanya sekadar menanyakan kabar.
Kemudian saya mulai memanfaatkan kehadiran media sosial ini sebagai
ajang melatih hobi menulis yang lama terpendam. Sebagai langkah awal, saya
memasuki komunitas penulis yang bermunculan bak jamur di musim penghujan kala
itu.
Rasanya menyenangkan.
Mungkin seperti ikan yang dicemplungin ke dalam air. Saya merasa lebih
hidup saat bisa menemukan jalan untuk mengasah potensi diri. Potensi yang tak saya sadari dan terkubur jauh
di dalam lipatan memori.
Yup, dan rasa senang itu pelahan berubah menjadi rasa percaya diri, bahwa saya bisa menulis. Meski baru sebatas kolaborasi dengan penulis lain. Menulis buku keroyokan.
Munculnya rasa percaya diri
Yup, dan rasa senang itu pelahan berubah menjadi rasa percaya diri, bahwa saya bisa menulis. Meski baru sebatas kolaborasi dengan penulis lain. Menulis buku keroyokan.
Setelah belajar di kelas Penulis Tangguh dibimbing –dengan sangat
keras- oleh Bun Nurhayati Pujiastuti, Allah Swt, mentakdirkan cerpen-cerpen saya
bermunculan di media nasional. Oh, tak terbayangkan rasa bahagianya. Bahagia
yang mampu membuat saya tersenyum sepanjang hari setiap kali mendapat email dari redaktur.
Itu luar biasa.
![]() |
Hasil karya tulis di media nasional |
Setiap kali tulisan saya muncul di media, mengikuti jejak penulis
lainnya, saya mengunggahnya di akun fesbuk. Tujuannya, berbagi kebahagiaan dan
... narsis! ( hei, aku bisa looh nulis seperti kalian)
Barulah saya mafhum, bahwa penulis itu ternyata profesi paling narsis,
selain artis. Bayangkan, kalau penulis yang jadi seleb. Hahaha, narsisnya bisa berkali-kali lipat.
Fakta ini baru saya tahu setelah terjun ke dalamnya. No, bully, please... Nyatanya, dalam dunia
penulis, narsis itu perlu. Selain untuk mempromosikan diri, kenarsisan
penulis akan turut membantu penerbit. Mempengaruhi laris tidaknya buku/majalah
yang memuat hasil karyanya.
Bayangkan, bila penulis anteng-anteng saja, tidak memanfaatkan media
sosial sebagai lahan untuk promosi, apakah ada yang tahu hasil karyanya secara
luas? Bahkan sekelas Tere Liye pun memanfaatkan media sosial untuk
mempromosikan karyanya.
Manfaat pencitraan di media sosial
Pada mulanya, sungguh, saya
tidak menyadari bahwa apa yang telah saya lakukan di tengah euforia yang
melanda, merupakan tindakan self branding. Saya membangun citra melalui tulisan-tulisan di media sosial. Pelahan, saya mulai dikenal sebagai
penulis. (eheem...)
Meski demikian, hobi saya curhat di media sosial tak kunjung surut.
Yang paling sering saya tulis... apa lagi kalau bukan tentang anak-anak.
Tingkah polah mereka yang lucu, mengejutkan atau pun menyebalkan menjadi bahan
tulisan yang mengasyikkan.
![]() |
Buku duet bersama Teh Endah K. |
Dan, tahukah? Gara-gara curcol di media sosial, seorang psikolog
senior, Teh Endah Kurniadarmi menggandeng saya untuk duet menulis buku. Jadilah
buku duet yang bahan bakunya sebagian besar berdasarkan status-status saya di
akun sosial facebook.
Menakjubkan pastinya!
Gara-gara semua itu -status-status tentang anak, dan parenting- yang
sering saya tulis di akun media sosial, seorang sahabat lama, Pak Darwan,
berkenan mengundang saya untuk menjadi pembicara di hadapan orangtua murid di
SMK Daarut Tauhid Bandung. Wow! Sepertinya pencitraan saya berhasil, Kawan!
![]() |
Menginap di Cottage Darul Jannah DT saat diundang jadi pembicara di SMK Boardingschool DT Bandung |
Tak terbayangkan sebelumnya.
Tulisan Mak Indah tentang membangun reputasi yang saya baca di blog beliau, semakin menyadarkan saya akan pentingnya membangun citra diri. Bagi blogger, hal itu sangat bermanfaat untuk mendapatkan
proyek-proyek menulis. Dari yang berupa remahan dan sekadar buat jajan, hingga
butiran berlian. Insya Allah. Aamiin.
Asyik kan?
Alhamdulillah ‘ala kullihal
7 komentar
Keren uy. Jadi seleb berkat medsos. Semangat menulis terus ya Bund...Kapan2 mau juga kolaborasi nih...
BalasHapusikut seneng bacanya, mak :) Beraktualisasi dan ketemu temen2 yg supporting emang rasanyaaaa suenenggg banget.
BalasHapusBegitu toh cerita buku duetnya, mak, kerrreeennn!
Wahhhh selamat ya mba.. keren.. dan berhasil menjadikan tulisan sbg sesuatu yg bermanfaat. Bukan nyampah.. semoga aku ketularan.. duet nulis buku yuk
BalasHapusAamiin,,, Smoga kecipratan y mba Liza,,, pingin banget jd penulis yg d knal n d gandeng sm yg lainnya
BalasHapusZaman sekarang pencitraan memang perlu mbak ya untuk ngembangin karir kita, tapi tentunya pencitraan yang baik dong, iya qan mbak!
BalasHapusHai mba. Semoga citra diri yang melekat pada kita, terkait hal-hal yang baik ya. Aamiin
BalasHapuskeren mbak tulisanya.. makasih sangat menginspirasi..
BalasHapusSahabat Moma, saya akan senang sekali bila Anda berkenan menitipkan jejak pada kolom komentar.
Dimohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Bila tetap dilakukan, dengan terpaksa saya akan menghapus komentar tersebut.
Semoga silaturahmi kita terus terjaga.
Terima kasih... ^_^